Sukses di dunia pemasaran bukan cita-cita Indra Widjaja Antono. Maklum, sejak anak-anak, Marketing Director Agung Podomoro Group ini pengen banget menjadi pilot. Sayang, dia gagal masuk sekolah penerbangan di Curug, Tangerang.
Alhasil, Indra pun memilih membantu orangtua yang membuka toko kelontong di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Dari sini minat Indra terhadap dunia pemasaran perlahan mulai tumbuh.
Indra semakin mantap menggeluti dunia marketing setelah kagum dengan seorang ibu yang punya kios tepat di seberang toko kelontong orangtuanya. Ibu tersebut punya pekerjaan sampingan: jasa penyewaan kios milik orang lain. "Saya kagum dengan kemampuannya dalam meyakinkan orang untuk menyewa kios," kenang Indra.
Singkat cerita, Indra pun belajar tentang seluk-beluk pemasaran properti dengan ikut pelatihan di Era Indonesia. Tahun 1989, dia mengawali pekerjaan di bidang pemasaran sebagai perantara rumah seken. Dia menawarkan rumah bekas dari pintu ke pintu atau door to door di wilayah Kebayoran Lama. "Saya tanya-tanya, siapa yang mau beli atau menyewa rumah," kata pria kelahiran tahun 1971 itu.
Untuk mengasah ilmu marketing properti, sambil kerja Indra mengambil kuliah Jurusan Real Estate Development – sekarang Planologi – di Universitas Tarumanegara. "Sore kuliah, pagi sampai siang menjadi broker," kata dia.
Menghadapi berbagai penolakan
Bekerja sebagai broker Indra lakoni hingga lulus kuliah di 1993. Walaupun kerap mendapat penolakan dan caci maki, selama menjadi broker dia dapat belajar mengenai cara berurusan konsumen, sifat konsumen, sampai kondisi pasar.
Lulus dari perguruan tinggai, Indra bekerja di Jakarta Baru Cosmopolitan, perusahaan patungan antara Summarecon dengan Batik Keris. Di perusahaan tersebut dia menapak karier di dunia marketing sebagai sales, kemudian asisten supervisor, supervisor, sampai keluar pada tahun 2001 ketika menyandang jabatan asisten manajer marketing.
Setelah itu, Indra bergabung dengan Agung Podomoro. Ia menjadi general manager proyek Sunter Agung. Ia juga menangani pemasaran serta program ISO manajemen. Kariernya melonjak. Di tahun 2003, dia jadi wakil direktur marketing.
Setahun kemudian, Indra menjadi direktur marketing di usianya yang baru 33 tahun. "Saya sempat menolak karena takut, apakah keputusan yang saya buat bisa dipercaya oleh mereka yang usianya lebih senior & lebih banyak pengalamannya," kata dia.
Salah satu dari tantangan Indra waktu itu adalah mewujudkan Back to The City, konsep permukiman di tengah kota. Karena itu, ia sempat menjajal naik kereta listrik untuk mendengarkan kebutuhan masyarakat terhadap hunian perkotaan. Bahkan, dia juga meluangkan waktu untuk sekedar berdiri di Jembatan Tomang untuk menonton kegiatan warga pulang kembali ke rumah setelah bekerja.
Dari hasil tanya sana-sini & pengamatannya, Indra menyimpulkan bahwa: rumah di dalam kota amat diperlukan. Ia pun mewujudkan konsep Back to The City dalam proyek Agung Podomoro dan berhasil memasarkannya. Soalnya, "Orang pasti ingin tinggal di tengah-tengah kota," imbuhnya.
0 komentar
Posting Komentar